Selasa, 24 Desember 2013

Manajemen Takdir

Dengan nama Alloh Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang...

Sabtu kemarin selepas jam istirahat kuliah, kami ngobrol ngalor ngidul, sambil mengerjakan tugas. Dan tiba-tiba dari mulut seorang teman tercetus istilah "Manajemen Takdir". Entah bagaimana awalnya keluar istilah tersebut, lupa juga hehe. Bukanlah cerita tentang ngalor-ngidulnya itu yang menarik. Tapi istilah "Manajemen Takdir" itu yang membuat sedikit terhenyak.

Sempat pula bertanya ke teman yang pertama mencetuskan istilah itu kepada kami. Tapi yang ditanya cuma cengar-cengir aja. Hanya selintas dia menjawab, "ya semuanya kembali lagi kepada takdir". Lantas, bagaimana dengan "Manajemen" nya..??

Tergelitik untuk menelaah isitilah itu dengan jawaban hasil pemikiran sendiri (kali ini mencoba ngga tergoda dengan bantuan si mbah hehe :p).Kalo keliru, harap maklum yaa.. :D

Teringat materi kuliah S1 dulu, istilah "Manajemen" selalu ada kaitannya dengan POAC yang kalo ngga salah dicetuskan Henry Fayol, yaitu suatu proses mulai dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengaplikasian atau pengoperasian (actuating), dan yang terakhir pengawasan (controlling). Keempat kegiatan ini seperti layaknya roda kegiatan. Selama roda kegiatan terus berlangsung, proses manajemen juga akan terus berjalan, di mana ada keterkaitan anatara rantai satu dengan yang lain.

Sedangkan istilah "Takdir" adalah ketentuan pasti yang datangnya dari Sang Maha Kuasa yang tidak mungkin bisa kita tolak. Sifatnya absolut, atau pasti..!! Ada takdir yang memang "sudah dari sananya" seperti dari rahim wanita mana kita dititipkan, kemudian di lingkungan keluarga seperti apa kita dididik, di tempat seperti apa kita dibesarkan. Pun demikian, ada juga hal-hal dari diri kita yang nampaknya kita juga yang menciptakan takdir itu sendiri. Sedikit ilustrasi, kalau kita ingin masuk ke sekolah unggulan, maka kita harus belajar. Usaha kita itulah yang menentukan takdir kita. Kalaupun ada sedikit yang meleset karena suatu kebetulan, jika dihitung secara matematika statistik, deviasi atau penyimpangan itu sangat kecil nilainya. (Kalo kata orang-orang, "lagi hoki atau lagi apes" hehe).

Kembali ke istilah "Manajemen Takdir". Menurut pemikiran sederhananya begini. Walaupun takdir itu bersifat absolut, tapi tetap harus ada proses untuk sampai kepada garis akhir yang bernama "TAKDIR" itu. Dan proses tersebut adalah manajemen dari dalam diri untuk mengelola sebuah perencanaan bisa berupa tujuan akhir dari sebuah keinginan, kemudian mulai diorganisasikan (secara sederhana dibuat list apa yang harus dilakukan dan apa yang termasuk kriteria untuk dihindari atau disingkirkan untuk sampai kepada tujuan akhir yang telah kita rencanakan). Berikutnya mulai action, bergeraklah sesuai yang direncanakan dan diorganisasikan. Dan sampai pada tahap pengawasan dari diri sendiri atau self warning. Tujuan akhir dari apa yang kita rancang sampai pada tahap pengawasan bukanlah "TAKDIR", namun itu adalah "keinginan". Dan keinginan inilah yang kita harapkan untuk menjadi takdir.

Adalah campur tangan Yang Maha Kuasa yang menentukan tujuan akhir kita. Namun, tidaklah semerta-merta Alloh menakdirkan seseorang dengan hal tertentu tanpa ada maksud dibalik kehendak-Nya. Bagaimana kaitannya dengan proses majamen yang telah kita lewati tadi?

Terseliplah satu kata sebagai jembatan untuk mengaitkan istilah "Manajemen Takdir", yaitu "Doa". Jika diibaratkan dengan aktivitas pengembaraan (khususnya mendaki gunung), doa ibarat seutas tali yang harus selalu ada di dalam list. Seutas tali dalam aktivitas mendaki gunung adalah alat yang vital untuk berfungsi menyambung jalan yang terputus. Dan benda ini layaknya tidak boleh terlupakan, mulai dari tahap perencanaan (dimana kita akan memperoleh atau membeli tali), pengorganisasian (bagaimana kita mengukur dan memotong tali sesuai dengan kebutuhan), pengoperasian (bagaimana tali itu digunakan di lokasi), dan pengawasan (bagaimana tali itu kembali ditempatkan dengan tertib setelah selesai digunakan). Demikian halnya dengan doa. Selayaknya aktivitas ini diselipkan diantara proses manajemen yang akan, sedang, dan telah kita lakukan. (Seperti tulisan awal di blog "The Best Planning Is Prayer").

Jadi, yang ditelaah tentang "Manajemen Takdir" adalah bukan cuma berpasrah kepada keadaan mengikuti takdir. Atau berusaha tanpa mengindahkan ada yang lebih berkuasa sebagai Penentu Takdir. "Manajemen Takdir" layaknya seutas tali bagi seorang pendaki yang hendak mencapai puncak gunung keinginannya, yang sepintas tidak ada gunanya, namun berakibat fatal jika sampai terlupakan.


Penghujung malam,
oleh seseorang yang miskin ilmu :)