Dengan Nama Alloh Yang Maha Pengasih dan Penyayang...
Akhirnya bisa kebuka lagi ini blog. Setelah sempet beberapa lama (ngga tau kenapa) ngga bisa kebuka. Padahal tangan udah gatel banget mau nulis, hehehe.
Semester 3 hampir tuntas, awal Februari mulai bimbingan thesis. Semoga lancar dan tepat waktu. Aamiin Yaa Robb....
Persyaratan dari kampus untuk referensi thesis harus ada text book dan jurnal. Bolak-balik perpustakaan (bukan cuma perpustakaan kampus sendiri aja) tapi juga ke perpustakaan Kemdikbud di samping Ratu Plaza atau ke perpustakaan kampus lain demi buku referensi. Sering banget seharian ngendon di perpustakaan.
Sebetulnya bisa aja cari di internet. Tapi seringkali referensinya ngga jelas. Cuma sepotong-sepotong aja. Bener-bener ngga puas sampe ketemu wujud fisiknya itu buku dan jurnal. Biarpun yang dibutuhkan mungkin aja cuma beberapa halaman.
Nah, tadi sambil ngobrol-ngobrol sama temen dapat info yang berguna banget. Kalo selama ini cari referensi di internet melalui google text box, trus ketik keyword yang kita inginkan. Maka akan keluar berbagai macam data yang kita mau. Tapi sangat jarang keluar buku referensi dalam wujud "buku penuh".
Informasi yang didapat temen tadi berguna banget. Jadi ketika kita menuju ke mesin pencari google, coba ketik "google e-book" sebagai keyword nya. Maka akan keluar kumpulan referensi buku atau jurnal yang kita mau, mulai dari cover buku sampai daftar pustaka. Wooowww.... Lengkap banget deh. Jadi ngga perlu lagi sering-sering ngendon di perpustakaan.
Informasi ini mungkin agak usang, sepertinya google udah lama membuat aplikasi e-book. Maklum aja, Selama ini e-book cuma dapat kiriman aja dari temen atau dosen atau milis hihihi (ngaku :p).
Semoga bermanfaat yaa... :) :) :)
Sabtu, 25 Januari 2014
Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Model Pembelajaran Contextual
Teaching and Learning adalah suatu proses pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Model
pembelajaran Contextual Teaching and
Learning pertama kali digagas oleh
Elaine B. Johnson yang dikutip Rusman (2010:189):
“Contextual
teaching and learning enables students to connect the content of academic
subject with the immediate contenxt of their daily lives to discover meaning.
It enlarges their personal context furthermore, by providing students with
fresh experience that stimulate the barin to make new connection and
consecuently, to disover new meaning”.
(Contextual
Teaching and Learning memungkinkan siswa menghubungkan isi mata pelajaran
akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari untuk menemukan makna. Contextual Teaching and Learning memperluas konteks pribadi siswa lebih lanjut
melalui pemberian pengalaman segar yang akan merangsang otak guna menjalin
hubungan baru untuk menemukan makna yang baru.)
Menurut Nurhadi,
yang dikutip oleh Rusman (2010:189):
“Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar
yang dapat membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat”.
Sementara Howey
R. Keneth yang dikutip Rusman (2010:189) mendefinisikan Contextual Teaching and Learning sebagai berikut:
“Contextual
teaching is teaching that enables learning in which student employ their
academic understanding and abilities in a variety of in-and out of school
context to solve simulated or real world problems, both alone and with others”.
(Contextual
Teaching and Learning adalah pembelajaran yang memungkinkan terjadinya
proses belajar di mana siswa menggunakan pemahaman dan kemampuan akademiknya
dalam berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang
bersifat simulatif atau nyata, bak sendiri-sendiri maupun bersama-sama).
Komponen
pembelajaran Contextual Teaching and
Learning menurut Johnson yang
dikutip Rusman (2010:192), yaitu:
“(1) menjalin hubungan-hubungan yang bermakna (making meaning connections); (2)
mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berarti (doing significant work); (3) melakukan proses belajar yang diatur
sendiri (self-regulated learning);
(4) mengadakan kolaborasi (collaborating);
(5) berpikir kritis dan kreatif (critical
and creative thinking); (6) memberikan layanan secara individual (nurturing the individual); (7)
mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching high standards); (8) menggunakan asesmen autentik (using authentic assessment)”.
Ciri khas Contextual Teaching and Learning dijabarkan
sebagai berikut:
a. Konstruktivisme
(Constructivism)
Pembelajaran
melalui Contextual Teaching and Learning pada dasarnya mendorong agar siswa dapat
mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pendalaman.
Pengetahuan yang hanya diberikan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna.
Penerapan asas konstruksivisme dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning, siswa didorong untuk mampu
mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata.
b. Inkuiri
(Inquiry)
Proses
pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat,
akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Dengan demikian dalam proses
perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang harus dihafal,
akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan
sendiri materi yang harus dipahaminya.
Secara
umum, proses inkuiri dapat dilakukan dengan langkah- berikut:
1) merumuskan
masalah;
2) mengajukan
hipotesis;
3) mengumpulkan
data;
4) mengajukan
hipotesis berdsarkan data yang ditemukan;
5) membuat
kesimpulan.
c. Mengajukan
pertanyaan-pertanyaan (questioning)
Bertanya
dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan
menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Dalam
proses pembelajaran Contextual Teaching
and Learning, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi
memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Peran bertanya sangat penting,
sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa
untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya. Kegiatan bertanya akan sangat
berguna untuk:
1) Menggali
informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran;
2) Membangkitkan
motivasi belajar siswa;
3) Merangsang
keingintahuan siswa terhadap sesuatu;
4) Memfokuskan
siswa pada sesuatu yang diinginkan;
5) Membimbing
siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu.
d. Menciptakan
Masyarakat Belajar (Learning Community)
Dalam
Contextual Teaching and Learning penerapan masyarakat belajar dapat dilakukan
dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen baik dilihat dari
kemampuan belajar dan kecepatan belajarnya, maupun bakat dan minat. Biarkan
dalam kelompok mereka saling membelajarkan. Yang memiliki kemampuan tertentu didorong
untuk menularkannya kepada yang lain.
e. Pemodelan
sebagai contoh pembelajaran (Modelling)
Yang
dimaksud dengan asas pemodelan, adalah proses pembelajaran dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru memberikan
contoh bagaimana cara melafalkan sebuah kata atau kalimat. Proses permodelan
tidak terbatas pada guru saja, tetapi dapat memanfaatkan siswa yang dianggap
memiliki kemampuan. Permodelan dianggap penting dalam Contextual Teaching and Learning untuk menghindari siswa dari pembelajaran yang
teoretis-abstrak yang dapat memungkinkan terjadinya verbalisme.
f. Melakukan
Refleksi (Reflection)
Refleksi
merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan
dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran
yang telah dilaluinya. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan Contextual Teaching and Learning, setiap
akhir proses pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merenung dan mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Siswa secara bebas
dapat menafsirkan pengalamannya sendiri, sehingga ia dapat menyimpulkan tentang
pengalaman belajarnya.
g. Penilaian
nyata/objektif (Authentic Assesment)
Penilaian
nyata (authentic assesement) adalah
proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
belajar yang dilakukan siswa. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah
siswa benar-benar belajar atau tidak.apakah pengetahuan belajar siswa mempunyai
pengaruh yang positif terhadap perkembangan baik intelektual maupun mental
siswa. Penilaian otentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses
pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegatan
pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, penekanannya diarahkan kepada proses
belajar bukan kepada hasil belajar.
Supriyadi, dkk
(2011:75) menjabarkan juga:
“Karakteristik penting dalam
pembelajaran Contextual Teaching and
Learning, yaitu:
a.
Pembelajaran
merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activing knowledge). Artinya, apa yang dipelajari tidak terlepas
dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan
diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu
sama lain.
b.
Pembelajaran
dalam rangka memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru tersebut diperoleh secara
deduktif, artinya pembelajaran dimulai dengan mempelajari secara keseluruhan,
kemudian memperhatikan detailnya.
c. Pembelajaran
untuk pemahaman pengetahuan (understanding
knowledge). Artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tetapi
untuk dipahami dan diyakini.
d. Pembelajaran
untuk mempraktikan pengetahuan dan pengalaman (applying knowledge). Artinya pengetahuan dan pengalaman yang
diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak
perubahan perilaku siswa.
e.
Pembelajaran
untuk melakukan refleksi terhadap
strategi pengembangan pengetahuan (reflecting
knowledge). Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan
dan penyempurnaan strategi pembelajaran.
Sebagai
perbandingan, berikut disajikan tabel perbedaan pola pembelajaran Contextual Teaching and Learning
dengan konvensional yang dijabarkan oleh Supriyadi,
dkk (2011:76).
Tabel 2.1
Perbedaan Contextual
Teaching and Learning dengan Konvensional
No
|
Contextual
Teaching and Learning
|
Konvensional
|
1
|
Siswa sebagai subyek belajar yang berperan aktif dalam setiap
proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri materi
pelajaran.
|
Siswa sebagai objek belajar yang berperan penerima
informasi secara pasif.
|
2
|
Siswa belajar melalui kelompok, seperti kerja kelompok,
berdiskusi.
|
Siswa belajar secara individual dengan menerma, mencatat,
dan menghafal materi pelajaran.
|
3
|
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil.
|
Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak.
|
4
|
Kemampuan didasarkan atas pengalaman.
|
Kemampuan diperoleh melalui latihan.
|
5
|
Tujuan akhir adalah kepuasan diri sendiri.
|
Tujuan akhir adalah nilai atau angka.
|
6
|
Tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri
sendiri, misalnya perilaku siswa menjadi lebih baik karena menyadari sendiri.
|
Tindakan atau perilaku didasarkan faktor dari luar,
misalnya karena adanya hukuman dan penghargaan.
|
7
|
Pengetahuan yang dimiliki siswa berkembang sesuai dengan
pengalaman yang dialaminya. Oleh karena itu setiap siswa bisa terdapat
perbedaan.
|
Pengetahuan yang dimiliki bersifat absolut dan final, oleh
karena penetahuan dikonstruksi orang
lain.
|
8
|
Siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan mengembangkan
pembelajaran masing-masing.
|
Guru adalah penentu jaannya proses pembelajaran.
|
9
|
Pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks dan
setting yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.
|
Pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas.
|
10
|
Keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara,
misalnya evaluasi proses, hasil karya siswa, penampilan, rekaman, observasi,
wawancara, portofolio, dan lain-lain.
|
Keberhasilan diukur dari hasil tes.
|
Langganan:
Postingan (Atom)